Hari-hari ini, pemerintah Indonesia semakian giat melakukan sejumlah inisiatif pengembangan ekonomi syariah Indonesia. Setelah inisiatif penggabungan 3 bank syariah menjadi Bank Syariah Indonesia yang akan diresmikan Februari mendatang, hari senin (25/1), pemerintah meluncurkan Gerakan Nasional Wakaf Uang dan Brand Ekonomi Syariah di istana presiden.
Inisiatif-inisiatif ini juga diakui oleh sejumlah tokoh dan akademisi yang diundang memberikan sambutan dan tanggapan dalam peluncuran buku Growth of Islamic Banking Indonesia: Theory and Practice hari senin (25/1) secara daring oleh Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI (STEI SEBI). Buku yang ditulis oleh kolaborasi Dr. Sigit Pramono (Ketua STEI SEBI, Depok) dan Profesor Yashusi Suzuki (Ritsumeikan Asia Pacific University, Jepang) ini diluncurkan secara daring dengan mengundang beberapa toko seperti Prof. Dr. Dorojatun Kuntjorotjakti (Menko Urusan Ekonomi Kabinet Presiden Megawati), Datuk Dr. Daud Bakar (President of International Islamic University of Malaysia), Mr. Kemas A. Stamboel (BTPN Syariah) dan praktisi serta akademisi lainnya.
Dalam sambutannya, Mr. Kemal mengapresiasi peluncuran buku ini yang bertepatan dengan semakin giatnya inisiatif pemerintah dalam mengembankan ekonomi syariah di Indonesia. Beliau menanggapi konten buku yang menjelaskan masalah yang dihadapi oleh bank syariah Indonesia seperti stagnansi perkembangan bank syariah. “...Buku ini menyebutkan akar dari stagnan dan lambatnya perkembangan bank syariah. Tetapi untuk lebih fair, sebenarnya dalam 2 tahun kebelakang, pemerintah Indonesia telah melakukan inisiatif, seperti mendirikan bank syariah terbesar, pemerintah telah menggabungkan 3 bank syariah (Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah dan BNI Syariah) menjadi 1 bank yaitu Bank Syariah Indonesia. Pemerintah menyadari kebutuhan terhadap bank syariah yang besar untuk bisa berkompetisi dengan bank konvensional”.
Beliau menyebutkan bahwa “tantangan terbesar dari bank syariah adalah bagaimana menciptakan benefit untuk masyarakat (luas), harus ada dampak sosial bagi masyarakat. Misalnya layanan bank yang khusus untuk masyarakat miskin atau berpenghasilan rendah”. Mr. Kemal yang juga Komisaris di BTPN Syariah, menceritakan pengalaman BTPN Syariah yang secara khusus mengambil segmentasi pasar masyarakat berpenghasilan rendah produktif. “Ini adalah proses yang panjang bagi perusahaan untuk memberikan pemberdayaan, meningkatkan keahlian dan membuka peluang bertumbuh yang memberikan inspirasi bagi (nasabah) lain”
Dalam kesempatan ini, semua penanggap memberikan apresiasi atas peluncuran buku ini karena bertepatan dengan momentum inisiatif pemerintah dalam mengembangkan ekonomi syariah dan Indonesia menjadi Power House of Asia, seperti yang diharapkan oleh Datuk Dr. Daud Bakr dalam sesi tanggapannya terhadap buku. Apresiasi yang sama juga disampaikan oleh Dr. Suminto (Kementerian Keuangan), Herwin Bustaman (Bank Permata Syariah), Dr. Rifki Ismal (Bank Indonesia), Prof. Euis Amalia (UIN Jakarta) dan Dr. Rahmatina A. Kasri (Universitas Indonesia).
Peluncuran buku ini juga disandingkan dengan penyerahan wakaf royalti penjualan buku oleh Dr Sigit sebagai penulis buku. Wakaf royalti karya dapat menjadi salah satu inovasi implementasi gerakan wakaf di tengah peluncuran gerakan wakaf uang oleh pemerintah saat ini.[sm]