Depok, 1 Juli 2025 – Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan ketimpangan sosial-ekonomi global, dunia memerlukan sistem ekonomi baru yang lebih adil dan berkelanjutan. Konsep green economy (ekonomi hijau) menjadi pendekatan strategis dalam menjawab tantangan tersebut. Lembaga keuangan syariah, dengan prinsip keberlanjutan dan keadilan sosialnya, dinilai memiliki potensi besar sebagai katalis dalam transisi menuju green economy.
Melalui Seminar Nasional 2025 yang diselenggarakan di SEBI Hall, Institut Agama Islam SEBI menghadirkan para pakar dan praktisi dari berbagai bidang untuk berbagi wawasan penting mengenai peran strategis lembaga keuangan syariah, BUMN, serta perguruan tinggi dalam mendukung agenda Sustainable Development Goals (SDGs) dan pembangunan ekonomi hijau.
Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Rektor IAI SEBI, Sigit Pramono, Ph.D., CA., CPA. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan:
“Kita tidak hanya dituntut untuk unggul dalam capaian dunia, tetapi juga dalam membawa kemanfaatan bagi umat. Melalui pendekatan Triple Bottom Line yang berbasis syariah, kita ingin menciptakan nilai keberlanjutan yang adil — profit, people, dan planet — tanpa mengabaikan nilai-nilai Islam,” ujarnya.
Turut hadir sebagai narasumber:
Rully Yusuf – Executive Vice President PT Pegadaian
Dr. Habibullah – Head of UPZDK Permata Bank Sharia
Dr. Adril Hakim – Director of LPPM SEBI
Dalam paparannya, Rully Yusuf menekankan bahwa target pencapaian SDGs secara global ditetapkan pada tahun 2030, dengan prioritas pada aspek kesehatan (SDG 3) dan pendidikan (SDG 4). Industri jasa keuangan, termasuk Pegadaian, terikat dengan komitmen global seperti Paris Agreement 2015, yang telah diadopsi dalam peraturan nasional melalui UU No. 16 Tahun 2016 serta POJK No. 51/POJK.03/2017 sebagai pedoman pelaksanaan keuangan berkelanjutan di Indonesia.
Pegadaian sendiri, sebagai perusahaan yang berdiri sejak tahun 1901, telah menginisiasi berbagai program berkelanjutan, di antaranya:
- Program Pegadaian Peduli Desa dan Kampung Swasembada, sebagai kontribusi pada pelestarian lingkungan.
- Pendampingan terhadap 7000 UMKM di seluruh Indonesia.
- Penyediaan beasiswa kuliah untuk 50 mahasiswa.
- Pembukaan kerjasama riset dengan berbagai institusi pendidikan.
- Operasional yang tersebar melalui 1.400 outlet di seluruh wilayah Indonesia.
Sementara itu, Dr. Habibullah dari UPZDK Permata Bank Syariah menyoroti tantangan utama dalam masyarakat Indonesia, yaitu rendahnya tingkat kepercayaan dan degradasi lingkungan. Dalam perspektif Islam, ajaran untuk tidak merusak bumi menjadi landasan moral bagi keterlibatan lembaga zakat dan keuangan syariah dalam pembangunan berkelanjutan. UPZDK telah berkontribusi nyata melalui:
- Pemberdayaan ekonomi hijau, seperti pertanian dan perkebunan cerdas, yang telah meningkatkan pendapatan 252 petani hingga Rp2 juta/bulan.
- Dukungan pendidikan tinggi, dengan pemberian modal usaha kepada mahasiswa yang memiliki potensi kewirausahaan.
- Program-program dalam sektor infrastruktur, kesehatan, serta penguatan pilar sosial berbasis nilai-nilai syariah.
Menguatkan perspektif akademik, Dr. Adril Hakim menekankan pentingnya peran perguruan tinggi dalam mendukung SDGs dan green economy. Konsep green economy didefinisikan sebagai sistem ekonomi rendah karbon (low carbon), efisien sumber daya (resource efficient), dan inklusif secara sosial (socially inclusive). Pilar keberlanjutan mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan yang saling berkaitan erat.
Lebih lanjut, beliau memetakan rantai pasok (supply chain) dalam sistem ekonomi hijau mulai dari sumber bahan baku (petani, pelayan, penambang), distribusi bahan baku, manufaktur, distributor, hingga konsumen akhir. Perguruan tinggi dinilai memiliki tanggung jawab untuk menyiapkan sumber daya manusia yang memahami dan mendukung rantai ekonomi berkelanjutan tersebut.
Seminar ini menjadi momentum penting untuk membangun sinergi antara BUMN, lembaga keuangan syariah, dan perguruan tinggi dalam menciptakan ekosistem ekonomi yang ramah lingkungan dan berorientasi pada keadilan sosial. Melalui pemikiran dan aksi kolaboratif, Indonesia diharapkan dapat menjadi pionir transisi green economy berbasis nilai-nilai syariah yang inklusif.